Kenal Teknologi Tidak Berarti Lupa Bersosialisasi



Tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi seperti gadget saat ini sangat mempermudah kita dalam berbagai hal. Namun tentu saja ada tantangan baru yang perlu kita hadapi terutama bagaimana gadget tersebut dipergunakan oleh anak-anak 

Menurut artikel yang ada di suara.com yang ditulis oleh Vania Rossa dan Dini Afrianti Efendi pada bulan agustus 2022 lalu, Direktur Utama RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. Fidiansjah Sp.KJ menyebutkan bahwa jumlah anak yang kecanduan gadget terus meningkat setiap harinya. 

Kondisi diatas tentulah sangat memprihatinkan mengingat anak-anak merupakan penentu bagaimana masa depan bangsa ini. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk bisa mengontrol penggunaan gadget pada anak. Tujuannya tidak lain agar anak tidak kecanduan dan bisa bersosialisasi bergerak aktif dengan teman sebayanya. 

 

 sumber: Buku Inspirasi para penerang negeri

Achmad Irfandi merupakan tokoh inspirasi yang perlu kita contoh. Dari keprihatinannya akan anak-anak di kampungnya yang sering nongkrong di warung kopi demi mendapatkan akses wifi untuk gawainya. Irfandi terketuk hatinya untuk berbuat sesuatu. Menurutnya anak-anak seharusnya bermain, bergerak aktif, tertawa bukan seperti sekarang ini hanya terdiam di depan layar HPnya berjam-jam.

Irfandi kemudian mendirikan kampung lali gawai (KLG) tepatnya pada tanggal 3 Agustus 2018. Ide tentang permainan tradisional yang bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai tersebut ternyata mendapatkan antusiasme yang cukup besar dari warga sekitar pagerngumbuk. Hingga akhirnya peminatnya meluas hingga dusun lain.

 

 sumber: Buku Inspirasi para penerang negeri 

Permainan tradisional mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan gawai. Tidak hanya harganya yang murah, permainan tradisional juga meningkatkan kreatifitas, mengasah panca indera mereka, meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional anak-anak. Dengan mengenalkan permainan tradisional ini, Achmad Irfandi berharap anak-anak bisa lupa dengan gawai atau gadgetnya.

Irfandi melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah dan komunitas yang berfokus terhadap anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh KLG. Aktivitas pada program yang setidaknya digelar dua bulan sekali ini mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa serta permainan tradisional.

Selain aktivitas di atas, Irfandi juga menyediakan sarana untuk mendukung kegiatannya itu seperti membangun gubug baca di halaman rumahnya. Kebanyakan aktivitas yang dilakukannya pun berada diluar ruangan dengan memanfaatkan sawah, sungai, serta lahan perkebunan warga setempat. Dengan menghadirkan suasana alam ini, Irfandi berharap agar anak-anak benar benar bisa merasakan pengalaman bermain yang nyata di lingkungan tempat tinggal mereka sehari-hari.

Tidak hanya itu, Irfandi juga mengedukasi para orang tua agar bisa mengambil peran untuk mengawasi anak mereka di rumah serta bisa menjadi orang tua yang menyenangkan. Harapannya adalah agar anak-anak bisa menjadi generasi emas, tidak diperbudak oleh teknologi akan tetapi bisa menguasai teknologi dengan cara bijak menggunakannya.

Keprihatinannya tentang kecanduan gadget pada anak tersebut membuatnya menjadi sosok inspiratif. Tidak hanya mengenalkan tentang permainan tradisional yang sekarang ini mulai ditinggalkan anak-anak, tapi juga Irfandi menyumbang kontribusi besar dalam hal mengangkat desa menjadi desa wisata edukatif serta membentuk kampung ramah anak. Setiap hari selalu ada kegiatan edukasi, permainan, pengenalan sistem desa hingga kunjungan ke sawah. Pada tahun 2018, Kampung Lupa Gawai (KLG) telah mendatangkan 475 anak dalam berbagai kegiatan tersebut.

  

sumber: Buku Inspirasi para penerang negeri  

Menurut Irfandi, permainan tradisional yang ada di Indonesia lebih mempunyai nilai positif yang lebih banyak dibandingkan menghabiskan waktu menatap layar gawai setiap hari. Dengan mengenalkan permainan tradisional ini, Irfandi secara tidak langsung telah memberikan peluang anak-anak untuk lebih banyak bermain dengan teman-temannya, bisa bersosialisasi, merasakan empati serta memecahkan permasalahan bersama tidak hanya sekedar duduk tapi anak-anak juga bisa menggerakan anggota tubuhnya yang lain.


Comments

Popular posts from this blog

Berwisata Saat Pandemi; Naik Kuda Poni di Branchsto